PESAN TERAKHIR
Nama: Zhafira Devita Yuki
Kelas: XI IIS 3
Kringgg…
Bel berbunyi tanda waktu mengaji telah usai. Zira segera bergegas menuju ke kamar. Sebelum sampai ke kamar, Zira melewati aula tengah. Zira berhenti untuk mendengarkan lantunan ayat suci yang sangat indah yang dibacakan oleh seorang wanita cantik.
صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ
“Assalamualaikum,” sapa Zira.
“Waalaikumusalam, iya ada apa mbak?” Tanya wanita cantik itu.
“Tidak apa mbak, saya hanya kagum dengan suara mbak, kalau boleh tau namanya siapa ya mbak?”
“Tidak, suaramu jauh lebih indah dari suaraku.” Jawab wanita itu dengan sopan.
“Oh ya… nama saya Iqala Shaquena Pradisa biasa dipanggil Disa. Dan kamu siapa sama dari kamar mana?”
Zira pun menjawab “ salam kenal ya mbak.. saya Nadzira El-Zahra biasa dipanggil Zira. Saya dari kamar Fatimah Az-Zahra”
“hahh.. berarti kita tetangga dong. Aku dari kamar Halimatus Sa’diyah.” Jelas Disa.
“kalo lewat depan kamarku jangan lupa salimg sapa yahh…. Jangan lupa okeee”. Goda Zira
“siappp…” balas Zira.
…
Sehari setelah mereka berkenalan, kemana-mana mereka selalu bersama dan yang tidak disangka mereka sama-sama menyetorkan hafalan kepada Bu Nyai Khadijah pengasuh serta penyimak hafalan santri hufadz.
Mereka megeluarkan waktu-waktu bersama. Mereka sering murojaah bersama bahkan juga sering saling menyimak satu sama lain.”
….
Pada suatu malam, tiba-tiba Zira bermpimpi tentang Disa. Disa berkata pada mimpi Zira, “Zira semangat yahh! Dijaga hafalannya, dideres, dimurojaah, lanjutkanlah perjuangamu. Hingga khotam 30 juz tergapai dan banggakan orang tuamu.” Zira yang melihat Disa dimimpinya sedang memakai baju putih indah diseratai dengan mahkota bak bidadari surga dan DIsa berpesan “Zira, dikala nanti Allah telah memanggilku terlebih dahulu aku ingin memakai baju putihmu dan aku ingin ketika kau sudah mengkhatamkan Al-Quranmu kau mendatangi makamku.
Zira pun terkejut dengan mimpinya. Ia langsung terbangun dari tidunya sembari beristigfar. Jam sudah menunjukan pukul 3 dini hari. Zira segera bangun untuk mengambil wudhu. Disaat zira melewati mushola tengah, Zira yang tidak sengaja melihat Disa yang sedang sholat tahajud sambil menangis. Zira yang melihat itu pun gelisah, tapi karena tidak ingin mengganggu ibadahnya Zira pun berbalik badan dan segera meninggalkannya. Segera Zira mengambil wudhu dan langsung melaksanakan sholat sunnah malam hari seperti sholat tahajud, sholat taubat, dan sholat hajat. Selesai sholat Zira pun berdoa “Ya Allah berikanlah hamba petunjuk tentang mimpi hamba. Hamba tidak ingin berpisah dengan sahabat hamba Disa. Hamba ingin kami khatam bersama. Tetapi jika itu memang takdirmu, insyaallah hamba ikhlas. Tapi izinkanlah aku untuk bertemu dengan Disa di surga mu Aamiin…”
Zira pun menangis sejadi-jadinya. Tak lama kemudian Disa datang dengan wajah kebingungan. Dia melihat Zira yang menangis histeris.
“apa yang terjadi padamu Zira, mengapa kau menangis?”
“ tak apa Disa aku hanya bermimpi buruk. Didalam mimpi itu aku bermimpi bahwa kau akan meninggalkanku untuk selamanya.” Jawab Zira
“ yang sabar ya, mungkin itu hanya segera mimpi. Doakan saja semua akan baik-baik saja.” Jawab Disa untuk meyakinkan sahabatnya itu.
…
Kringgg…
Bel berbunyi menandakan waktu jamaah shalat shbuh akan segera dimulai. Disa dan Zira segera bergegas menuju mushola dan melaksanakan sholat shubuh berjamaah. Seusai sholat shubuh mereka segera mengganti pakaian yang rapi untuk mengaji di ndalem Bu Nyai Khadijah. Disa duduk disebelah dinding sedangkan Zira duduk di sebelah Disa. Hampir setengah jam lebih telah lewat, tiba-tiba Zira melihat Disa tertidur dengan posisi tidur menyandar didinding dengan Al-Qur’an yang menutupi wajahnya. Zira yang meihat itu pun segera membangunkan Disa, tapi Disa tak kunjung bangun. Zira pun berpikir mungkin Disa kecapean.
…
Kringg…
Bel berbunyi untuk siap mengaji pun tiba. Disa jatuh dari tidurnya ruangan ndalem terkejut melihat kejadian yang menimpa Disa. Khadimah ndalem segera membawa Disa menuju ruang kesehatan pondok. Beberapa pengurus pergi untuk memanggil dokter terdekat.
Setelah satu jam menunggu, khadimah beserta pengurus keluar dengan mata lembab. Zira yang melihatnya merasa gelisah. Segera ia menanyakan bagaimana keadaan Disa.
“bagaimana keadaan teman saya Disa?”
Khadimah ndalem pun menghela nafas sedalam-dalamnya sembari berkata.
“yang sabar ya Zira. Allah sudah merencanakan yang terbaik untuk Disa. Insyaallah Disa sudah tenang di alamnya. Doakan saja ya.” Bak disambar petir. Suasana pecah. Seluruh kamar meneteskan air mata. Zira yang mendengar itu pun seketika langsung pingsan. Tak lama kemudian ia terbangun dan ingat akan pesan terakhir Disa dalam mimpinya. Ketika hendak mengkafankan jenazah Disa, Zira pun langsung memberikan baju putihnya sesuai dengan pesan terakhirnya.
Suara isak tangisan terdengar di seluruh area pesantren ketika mendengar adzan keberangkatan jenazah alm Iqala Shaquena Pradisa. Zira pun hanya bisa berpasrah dan berdoa “tenang di kehidupanmu yang baru ya Disa. Aku yakin kamu pasti mendapatkan tempat yang terbaik disana. Aku akan selalu mendoakanmu di setiap sujudku. Aku yakin Allah akan mempertemukan kita lagi di surganya nanti. Aamiin..
Semenjak kepergian Disa, Zira lebih sering terdiam sendiri. Kemudian langsung meneteskan air mata. Dibalik semua itu, Zira mengingat pesan terakhir Disa. Zira lebih istiqomah di setiap perjalanannya menghafal dan mengkhatamkan Al-Qur’annya. Setiap usaha pasti akan mengahasilkan hasil yang sempurna. Setelah 3 tahun kepergian Disa akhirnya alhamdullillah Zira pun khatam 30 juz. Dari jerih payah di setiap cobaan yang dilalui Zira akhirnya berbuah. Selesainya wisuda 30 juz, Zira segera pergi menuju makam sahabatnya. Iqala Shaquena Pradisa. Teman yang selalu menemaninya dan mendukungnya ketika dia masih hidup di dunia.
Setelah sampainya di makam, Zira segera berlari dan menuju makam yang bernamakan Disa sahabatnya. Sembari berkata “ assalamualaikum lihatlah Disa, aku memeuhi pesan terakhirmu. Semua ini berkat doa dan dukunganmu. Aku telah berhasil mewujudkan impian kedua orangtuaku. Ini semua juga berkat dirimu. Disa.. sekarang aku sudah bahagia di sini semoga kelak kita akan bahagia bersama di surganya Allah kelak nanti. Tunggu aku di sana ya Disa…”
Sepulang dari pemakan Disa tepat setelah adzan ashar berkumandang, Zira segera kembali ke pondok bersama orang tuanya. Segera dia memasuki area pondok untuk melakukan sholat ashar berjamaah kemudian dilanjutkan dengan mengaji kitab kuning.
Allahuakbar…..Allahuakbar…
Adzan maghrib pun telah berkumandang. Setelah selesai mengaji kitab kuning, Zira segera siap-siap untuk melakukan jam wajib yang itu adalah kewajiban bagi seluruh santri hufadz, baik yang sudah khatam maupun belum. Zira yang selalu istiqomah dalam melakukan murojaah itu pun bersemangat karena sambil mengingat pesan terakhir yang disampaikan oleh sahabatnya Disa. Zira akan selalu melaksanakan pesan terakhir Disa dan untuk mengobati rasa rindu Zira terhadap Disa.
Komentar
Posting Komentar