Kura-Kura dan Hujan

Kura-Kura dan Hujan

Oleh: Sifa Nur Haliza

       Siang itu, sepulang sekolah Mahen mengendarai motornya dengan hati membuncah. Terik matahari siang itu sama sekali tidak menguapkan rasa bahagianya. Ada seseorang di gerbang sekolah menunggunya. Ica, perempuan yang belakangan ini bersemayam memenuhi hati Mahen.

       Mereka berdua terus tersenyum dan tertawa bahagia, terik matahari siang itu tidak cukup kuat untuk mengukir kerutan di wajah mereka berdua. Tak terasa terik matahari tertinggal di belakang, mereka telah sampai dikota yang menurut Mahen seteduh perempuannya, Ica. Mereka di kota yang indah, kota Malang.

       “Pasar Hewan Kota Malang". Motor Mahen telah terparkir ditempatnya. Mahen dan Ica berjalan menyusuri toko-toko yang menjual berbagai macam hewan. Mereka berhenti di salah satu toko, toko tersebut menjual hewan-hewan air dan aquarium paling depan berisi kura-kura. Sangat pas, ketika memasuki toko tersebut hujan turun. Bahkan dikota ini hujan turun dengan indah,dan membawa suasana yang indah pula.

       Dalam satu aquarium, rupanya sang penjual tidak memisahkan kura-kura dari jenisnya. Saat mereka sedang mengamati kura-kura dalam aquarium, ada seorang bapak dengan cucunya yang masih anak-anak turut mengamati kura-kura tersebut. Rupanya, sang cucu telah menetapkan kura-kura mana yang akan ia bawa pulang. Saat bertanya harga, sang bapak sedikit terkejut, lumayan mahal baginya. Ica yang ikut mendengar harga tersebut menoleh dan mengamati kura-kura yang dipilih oleh anak itu.

       Di sekolah tadi, Ica mendapat materi tentang berbagai jenis kura-kura dan persebarannya. Ica terus mengamati kura-kura pilihan anak tadi, bersamaan dengan itu sang bapak sedang menawar harga pada penjual. Penjual terus mengatakan jika kura-kura itu jenis langka dan hanya ada sedikit. Namun, Ica tahu jika kura-kura itu jenis kura-kura hias biasa. Mengetahui ketidak beneran ini Ica pun  meluruskan dan sang bapak pun akhirnya mendapat harga normal untuk kura-kura normal itu.

       Sang bapak mengucap banyak terima kasih kepada Ica. Ia menjelaskan jika di masa mudanya ia tidak bersekolah, jadi ia tidak tahu menahu tentang hal yang diketahui Ica. Ia juga bercerita ia pernah beberapa kali mengalami hal yang sama dan ditolong oleh pelajar juga. Sang bapak berkata jika ia menyesal dulu tidak bersekolah. Percakapan Ica dan bapak diteras toko terasa hangat, meski diluar hujan turun. Ketika hujan mulai reda Ica dan Mahen berpamitan, dan saat itu Ica menyadari betapa pentingnya pendidikan.

Di jalan yang masih basah, Mahen menggenggam tangan Ica dengan mantap. Seolah ia tidak akan pernah membiarkan perempuannya menjauh darinya semili pun. Mahen bangga terhadap Ica. Dimata Mahen Kota Malang dan hujannya terasa indah bukan karena bunga bunga ditepian jalannya, tapi karena Ica sedang berjalan di dalamnya.


Komentar

  1. Tugas yang dikerjakan sudah cukup bagus dan bisa ditambahkan bionarasi. Tetap semangat menulis!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dia Angkasa

ATHARRAZKA

Tata Tertib Madrasah Aliyah