DARI JARI CRAYON SAMPAI GENG SULTAN
Nama : Wahyu Laila Anggraeni
Kelas : XI IIS 3
Di
sebuah kota di Jawa Timur, hiduplah dua orang anak yang bersahabat karib, yaitu
Kanaya dan Zalwa.Kanaya dan Zalwa, bagai dua sisi mata uang yang tak
terpisahkan. Kisah persahabatan mereka bersemi di bangku sekolah TK, saat
mereka sama-sama berusia 5 tahun. Di kelas yang penuh mainan dan keingintahuan
anak-anak, mereka menemukan ikatan yang melebihi teman biasa.
Melewati hari-hari penuh canda dan tawa, mereka saling
berbagi cerita, rahasia, dan mimpi-mimpi masa kecil. Mereka membangun istana
dari balok-balok kayu, menjelajahi dunia imajinasi dengan kostum peri dan
pahlawan, dan menghapus air mata satu sama lain ketika terjatuh.
Tahun demi tahun berlalu, persahabatan mereka semakin
kuat. Mereka bergandengan tangan melewati masa-masa sekolah dasar yang penuh
tantangan, bertukar pikiran tentang pelajaran yang sulit, dan saling
menyemangati saat menghadapi ujian. Di lapangan basket, mereka saling
berhadapan sebagai lawan yang tangguh, tetapi selalu berakhir dengan pelukan
dan tawa kemenangan.
Masa remaja membawa perubahan dan cobaan, namun Kanaya
dan Zalwa tetap menjadi sandaran satu sama lain. Mereka memberikan dukungan
ketika menghadapi persaingan di sekolah, dan merayakan keberhasilan bersama. Di
saat-saat sulit, mereka menjadi tempat berlindung, menawarkan telinga yang
mendengar dan bahu untuk menangis.
Meskipun jarak dan kesibukan terkadang memisahkan mereka,
ikatan persahabatan tetap kokoh. Mereka masih meluangkan waktu untuk bertemu,
berbagi cerita terbaru, dan mengenang masa-masa kecil yang penuh keceriaan.
Setiap pertemuan menjadi ajang untuk saling menyemangati, memberikan nasihat,
dan merayakan pencapaian satu sama lain.
Suatu hari Kanaya dan Zalwa sedang duduk di taman, menikmati sore yang cerah. Mereka
berbincang-bincang tentang berbagai hal, mulai dari pekerjaan, keluarga, hingga
teman-teman mereka.
Tiba-tiba, Kanaya menghela napas panjang. "Aku sedang
ada masalah dengan orang tuaku," katanya. "Mereka tidak setuju dengan
pilihan karierku."
Kanaya ingin melanjutkan perguruan tingginya ke dunia
kedokteran. Ia telah bercita-cita menjadi seorang dokter sejak kecil. Namun,
orang tuanya menginginkannya menjadi seorang pengacara. Mereka berpikir bahwa
profesi pengacara lebih bergengsi dan menjanjikan.
"Mereka bilang aku tidak akan bisa sukses sebagai
dokter " kata Kanaya. "Mereka bilang aku akan bekerja keras dan tidak
mendapatkan banyak uang."Zalwa mendengarkan dengan seksama. Ia tahu bahwa
Kanaya sangat mencintai pekerjaannya. Ia juga tahu bahwa Kanaya adalah orang
yang cerdas dan berdedikasi.
"Aku yakin kamu bisa sukses sebagai dokter,"
kata Zalwa. "Kamu orang yang berbakat dan pekerja keras. Kamu pasti bisa
membuktikan kepada orang tuamu bahwa kamu bisa melakukannya."
"Tapi bagaimana caranya?" tanya Kanaya.
"Mereka tidak mau mendengarkanku."
"Kamu harus berbicara
dengan mereka secara langsung," kata Zalwa. “Sampaikan kepada beliau bahwa kamu serius dengan pilihan kariermu. Jelaskan pula kepada beliau bahwa kamu memiliki passion
untuk menjadi seorang dokter.”
Kanaya mengangguk. "Aku akan mencobanya,"
katanya.
Hingga tiba disuatu
malam, Setelah makan malam, mereka pun menonton
film bersama dan menikmati suara gemercik air hujan yang merdu.Kanaya pun bertanya
kepada orang tuanya.” Pa , apa mama benar- benar tidak merestuiku untuk menjadi
seorang dokter?,” Tanya Kanaya.
“Tidak Kanaya , papa merasa kamu lebih
pantas untuk menjadi seorang pengacara,” Ujar papanya.
“Tapi Pa , apa alasan papa melarangku
menjadi dokter?,”
"Dokter itu pekerjaan yang berat dan
membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Papadan Mama khawatir kamu tidak akan sanggup."
Kanaya menghela napas. "Aku tahu
Pa, Tapi aku yakin aku bisa,"
katanya.
"Tapi kamu harus memikirkan masa
depanmu juga," kata Ayah. "Kamu harus punya pekerjaan yang bisa
menafkahi dirimu sendiri."
Kanaya tidak tahu harus menjawab apa. Ia merasa kecewa karena cita-citanya tidak disetujui orang tuanya. Sembari merebahkan diri ke kasur, ia memikirkan semua hal yang telah terjadi hari ini.Kanaya terus memikirkan perkataan orang tuanya. Ia mulai ragu dengan cita-citanya. Apakah ia benar-benar bisa menjadi dokter? Apakah ia akan sanggup menghadapi semua tantangannya?
Suatu hari, Kanaya sedang temannya yang
sakit di Rumah Sakit ketika ia melihat seorang dokter sedang memeriksa seorang
pasien. Kanaya memperhatikan dengan seksama. Ia melihat bagaimana dokter itu
dengan sabar dan telaten memeriksa pasiennya. Ia juga melihat bagaimana dokter
itu menghibur pasiennya agar tidak merasa takut.
Kanaya semakin yakin bahwa ia ingin menjadi
dokter , terlebih dokter anak. Ia tahu bahwa itu akan menjadi pekerjaan yang
sulit, tetapi ia yakin ia bisa melakukannya.
Kanaya kembali ke rumah dengan semangat
yang baru. Ia bertekad untuk mengejar cita-citanya, meskipun orang tuanya tidak
setuju.Ia belajar dengan lebih giat lagi. Ia juga mulai mencari informasi
tentang cara menjadi dokter. Ia ingin mempersiapkan diri sebaik mungkin. Dan
selalu melibatkan Allah SWT. dalam segala ujian yang dihadapinya. Ia berdo’a
dengan sungguh-sungguh dan ia berharap bahwa ada keajaiban yang datang dari
Allah.
Seminggu kemudian sehari sebelum ia
melakukan tes perguruan tinggi ia meminta izin kepada kedua orang tuanya. “Pa
Ma , Kanaya meminta do’a restu dari Papa dan Mama Kanaya besok tes perguruan
tinggi Pa, Ma.”
“Iya Kanaya Papa sama Mama mengizinkan kamu
untuk lanjut ke perguruan tinggi kedokteran, Karena papa rasa kamu memang
memiliki kemampuan untuk lanjut di dunia kedokteran. Apalagi dokter anak , kamu
senang sekali kan ketika bertemu dengan anak anak kecil?.”
Kanaya pun sangat terkejut mendengar respon
dari sang Papa dan ia sangat terharu dengan perkataan sang Papa. Karena ia
sadar betapa susahnya ia meminta restu kepada kedua orang tuanya.Tanpa ia
sadari air matanya menetes membasahi pipinya. Dan Kanaya memeluk kedua orang
tuanya dengan erat sambil berkata “ Terima kasih Papa, Mama”
“Iya nak, semoga kamu selalu diberi kemudahan oleh Allah dalam setiap langkahmu
untuk mewujudkan cita-citamu.” Ujar Mama sambil mengelus punggung Kanaya.
Ia pun menangis sejadi jadinya sembari memeluk Mamanya
dan Sang Papa pun ikut memeluk keduanya.
Suatu hari, Kanaya mengikuti ujian masuk
perguruan tinggi. Ia berhasil lulus dengan nilai yang bagus. Ia diterima di
salah satu universitas ternama di Indonesia, jurusan kedokteran.
Kanaya senang sekali. Ia akhirnya bisa
mewujudkan cita-citanya. Ia akan menjadi dokter dan membantu orang-orang yang
sakit. Ia menjadi seorang dokter yang sukses. Ia bekerja di rumah sakit dan
membantu anak-anak yang sakit.
Ibu dan Ayah Kanaya akhirnya bangga dengan
pencapaiannya. Mereka menyadari bahwa Kanaya memiliki tekad yang kuat untuk
mewujudkan cita-citanya.
Kanaya tersenyum lega. Ia bersyukur memiliki sahabat
seperti Zalwa yang selalu ada untuknya. Zalwa telah membantunya menghadapi
masalahnya dengan orang tua dan meyakinkannya untuk mengejar cita-citanya.
Pada sore hari itu Kanaya pergi ke rumah Zalwa untuk mengajaknya
ke sebuah cafe dengan membawa kabar gembira tersebut. Perjalanan pun terasa
cepat ,sesampainya di rumah Zalwa ia pun turun dari motor yang ia kendarai dan
mengetuk pintu rumah Zalwa.
“ Assalamu’alaikum, tok... tok…
tok…Zalwaa….”
“ Wa’alaikumussalam, Zalwa pun
membukakan pintu untuknya, masuk Kanaya!.” Kata Zalwa
“ Udah siap Wa?.”
“Bentar lagi ah orang lagi make
up disuruh cepet-cepet” Kata Zalwa sambil menyempurnakan make upnya dengan sebuah
lipcream pemberian Kanaya.
“Iyaa…, Iyaa…..”
“ Udah, udah siap nih. Let’s
go….”
“Kanaya dan Zalwa pun
berpamitan kepada Mama Zalwa dan menciun tangannya.”
“ Ma Zalwa berangkat dulu ya
Ma.”
“Iyaa….nak hati-hati dijalan.”
Sebenarnya, mereka adalah anak srtict parents, tetapi Mama Zalwa sangat yakin kepada Kanaya karena
ia merupakan anak yang jujur. Begitupun sebaliknya.
Mereka pun melakukan
perjalanan menuju cafe, sembari
mengagumi keindahan alam yang tersaji di sekelilingnya.
Sesampainya di cafe, Kanaya dan Zalwa langsung menuju
meja yang terletak di teras cafe. Mereka memesan minuman dan duduk di meja
tersebut sambil menikmati pemandangan sekitar. Kanaya pun membuka pembicaraan.
“
Zalwa , kamu tau ga sih aku punya kabar gembira loh Wa.”
“Kabar
apa nih nay?” Ucap Zalwa
“ Mama
dan papaku menyetujui keinginanku untuk melanjutkan kuliah ke jurusan
kedokteran Waa.”
“ Beneran
Nay? Serius ?” Mata
Zalwa terbelalak kaget. Zalwa memeluk Kanaya erat.
“ Beneran
Wa, Tadi pagi, aku memberanikan diri untuk
memberitahu papa mamaku bahwa aku akan mengikuti tes kedokteran besok.
Ternyata, mereka langsung menyetujuinya. Aku sangat terkejut! “
"Aku
sangat berterima kasih kepada Allah atas kemudahan yang diberikan-Nya kepadaku
untuk mendapatkan restu dari orang tuaku.”
“Alhamdulillah, turut senang mendengarnya."
Kata Zalwa
"Berkat
usahamu yang gigih, orang tuamu akhirnya luluh Nay.”
“ Emang
bener ya kalo kita melibatkan Allah SWT dalam segala urusan pasti kita selalu
dimudahkan.” Ucap Kanaya.
Kanaya dan Zalwa telah melewati banyak hal bersama selama 23 tahun persahabatan mereka. Mereka telah saling
mendukung, saling menguatkan, dan saling berbagi suka dan duka.
Kini, di usia mereka yang menginjak 25 tahun, keduanya telah mencapai
kesuksesan dalam karir masing-masing. Kanaya menjadi seorang dokter spesialis anak
yang terkenal dan dihormati. Ia memiliki klinik yang sukses di Jakarta. Zalwa
menjadi seorang Pengusaha sukses yang merencanakan, menjalankan dan
mengkoordinasikan sebuah perusahaan secara independen dan meraih berbagai
penghargaan. Memang sejak kecil ia dikenal dengan sosok yang independen,
pemberani dan bijaksana. Jadi tak heran saat ia besar ia menjadi seorang
pengusaha yang sukses .
Meskipun sibuk dengan pekerjaan mereka, Kanaya dan Zalwa tetap menjaga
persahabatan mereka. Mereka masih sering bertemu dan saling bercerita tentang
kehidupan mereka.
Pada suatu hari, Kanaya dan Zalwa memutuskan untuk pergi traveling ke Korea
Selatan dan Swiss. Mereka ingin merayakan kesuksesan mereka dan menghabiskan
waktu bersama sebagai sahabat.
Di Korea Selatan, mereka mengunjungi berbagai tempat wisata populer,
seperti Gyeongbokgung Palace, Coex Aquarium, dan Nami Island. Mereka juga
mencoba berbagai makanan khas Korea Selatan, seperti kimchi, bibimbap, dan
tteokbokki.Di Swiss, mereka mengunjungi berbagai kota indah, seperti Zurich,
Berndan Jungfrau Mereka juga menikmati keindahan alam Swiss, seperti Pegunungan
Alpen dan Danau Jenewa.
Perjalanan traveling mereka ke Korea Selatan dan Swiss menjadi pengalaman
yang tak terlupakan bagi Kanaya dan Zalwa. Mereka semakin menyadari betapa
pentingnya persahabatan mereka. Persahabatan mereka telah menjadi kekuatan yang
menopang mereka dalam menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.
Amanat: Kanaya dan Zalwa adalah dua sahabat yang memiliki cita-cita
yang berbeda. Kanaya bercita-cita menjadi seorang dokter, sedangkan Zalwa
bercita-cita menjadi seorang guru. Meskipun mereka memiliki kesibukan yang
berbeda, tetapi mereka tetap berusaha memperjuangkan cita-cita mereka. Mereka tidak
mudah menyerah dan selalu bekerja keras untuk mencapai cita-cita mereka.
Dan selalu melibatkan Allah SWT dalam segala urusan mereka. Sehingga mereka
selalu berada di jalan yang benar dan tidak mudah menyerah dalam mengejar
cita-cita mereka.
Tugas yang dikerjakan sudah bagus. Tetap semangat menulis!
BalasHapus