Bola Membawa Amarah

Nama: Mochammad Ramadhani

Kelas: XI IIS 3

        Di suatu hari, setelah duhur saya pulang dari bermain bersama teman-teman. Lalu saya disambut oleh seorang yang saya cintai yaitu IBU, dia lagi memasak untuk di hidang kan pada waktu makan siang dan saya disuruh ibu saya untuk segera mandi dan melaksanakan sholat dhuhur, sholat duhur pun usai. Tiba-tiba makanan itu sudah jadi dan di taruh meja makan untuk siap di santap bersama Ibu dan adik saya, makanan itu sangat enak sekali sampai makanan itu habis tanpa sisah satu pun karena masakan ibu itu memang terbaik. di saat saya kenyang saya menuju ke depan televisi untuk melihat televisi dan rebahan karena sudah lelah dari pagi saya bermain bersama teman teman kampung. 

        Saat saya melihat televisi saya mendengar di depan ada orang yang memanggil nama saya, "Dan dani dan dani.."

        Dan saya pun keluar dan melihat ke depan, oh ternyata teman-teman saya yang mengajak saya untuk bermai bola. Lalu saya pergi kembali ke dalam untuk meminta izin kepada ibu saya, ternyata ibu lagi tidur dan saya pun tiba-tiba melarikan diri secara perlahan-lahan agar tidak ketahuan. Saya keluar untuk bermain sepak bola berhasil pun keluar saya berjalan bersama teman teman menuju ke lapangan di dekat desa saya, tetapi lapangan itu berbeda dari desa saya lapangan itu berada di tempat perumahan tentara angkatan udara yang bernama PAGAS. Tidak lama berjalan bersama-sama, lalu tiba lah di lapangan itu. Tidak berlama-lama maka saya bersama teman-teman saya segera membagi tim menjadi 2 tim yang berisi 1 tim nya berisi 5 orang. Sesudah di bagi semua segera pun di mulai pertandingan dan tidak terasa sudah lama bermain, tiba-tiba langit semakin menggelap dan air hujan pun turun dengan deras di sertai angin dan petir yang menyambar. Pertandingan semaki seru di sertai hujan yang sangat deras pada waktu itu. Saya tidak terasa kalau waktu mulai sore dan saya pada waktu itu saya harus mengaji, tetapi saya tidak memikirkan itu karena saya terlalu asik bermain sepak bola. Saya pun langsung mengingat kalau saya harus mengaji. Saya pun mengajak teman-teman saya untuk berheti,

        "Teman-teman ayo kita pulang! Saya mau ngaji." 

        Teman-teman ku pun berkata, "Ah ngapain sih ngaji, hujan deras gini enaknya ya bermain sepak bola. Lagipula ya Dan, pasti tidak ada yang masuk ngaji kalau hujan deras gini." 

        Saya pun menanggapinya, "Benar juga ya, mending lanjut bermain sepak bola aja." Dan saya pun melanjutkan bermain lagi.

         Tiba-tiba orang tua saya mencari saya, karena saya keluar dari rumah tanpa izin. Orang tua saya pun bingung untuk mencari saya, dan apalagi ayah saya telah tiba dari bekerja. Ibu saya berkata, "Dhani kemana? Tadi dia berada di rumah, tapi tiba-tiba kok menghilang entah kemana. Padahal sekarang dia harus pergi mengaji." 

        Ayah saya pun menjawab "Oh, kurang ajar anak ini, waktunya ngaji kok belum pulang. Lihat saja, akan ku cari dia sampai ketemu." 

        Ayah pun langsung pergi untuk mencari aku dengan muka yang marah. Setelah lama mencari, ayah pun menemukan keramaian anak yang sedang bermain sepak bola, ayah pun manghampiri keramaian itu. Oh ternyata di situlah aku bermain, ayah pun segera memanggil aku dengan lantang,

"Hey Dhani! Kamu itu sekarang waktu nya kamu ngaji malah bermain sepak bola. Ayo segera pulang!" Aku pun dengan rasa khawatir dan takut karena melihat wajah ayah ku yang sangat marah dan disertai mengangkat satu tangan yang mengepal, aku pun menghampiri ayah ku, 

"Iya, ayah aku pulang." Sesampai nya di rumah saya turun dari sepeda motor. Ibu saya geram kepada saya, dan saya pun di cubit-cubit. Bahkan, Ayah saya membawa selang dan selang itu di pukulkan kepada saya berkali-kali. 

        Saya pun merasa sakit dan menangis meminta ampun, "Yah, buk sudah aku sakit.." Selesainya saya di marahin, saya di panggil ayah saya ke ruang keluarga, ayah pun menasihatin aku, 

"Dhan minta maaf dari kejadian tadi!" Saya menjawab, "Iya yah, Dhani minta maaf, Dhani sadar kalau Dhani yang salah karena tidak berpamaitan dan tidak mengaji." 

        Ayah berbicara, "Iya nak, ayah maafin. Tetapi ayah bilang semua dari kesalahan itu penting, karena kamu kemana-mana harus bilang dulu ya. Karena orang tua itu khawatir kalau ada apa-apa kepada anaknya, seperti tadi ada hujan deras, takutnya kamu kenapa-kenapa. Dan yang ke-dua, kamu itu sudah tau mengaji itu kewajiban kok di tinggal kan. Ya sudah itu saja, pergi sana untuk melihat televisi!" 

        Saya pun menjawab, "Iya yah, terimah kasih atas nasihatnya. Aku tidak akan mengulanginya lagi." Dalam kejadian ini kita harus mengerti perasaan orang tua, karena orang tua lah yang di beri kewajiban oleh Tuhan untuk mengasuh anaknya. Dari cerita ini kita tahu, kalau mau kemana-mana harus berpamitan dulu, agar orang tua tidak khawatir. Selain itu, kita harus mengerti kewajiban dan yang bukan kewajiban, dan kewajiban itu kita harus mengerjakannya. TAMAT

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dia Angkasa

ATHARRAZKA

Tata Tertib Madrasah Aliyah